Bupati Harapkan Pemuda Pertahankan Nilai Adat Minangkabau
Arosuka, Sumbar (ANTARA) - Bupati Solok, Sumatra Barat Syamsu Rahim mengharapkan kepada generasi muda di daerah itu agar ikut andil mempertahankan nilai adat dan budaya Minangkabau.
"Fenomena hari ini, sudah banyaknya masyarakat yang tidak mengerti adat Justru itu pemuda sebagai penerus generasi mendatang hendaknya ikut andil dalam melestarikan budaya Minangkabau itu," katanya di Arosuka, Minggu (18/11.
Menurut dia, diantara faktor yang menyebabkan hal demikian adalah pengaruh globalisasi yang berkembang pesat saat ini.
"Kita sudah sama-sama menyaksikan kemajuan teknologi yang begitu pesat, belum lagi pengaruh budaya asing, sehingga secara tidak langsung telah mengubah pola fikir dan tingkah laku masyarakat," katanya.
Dia mengharapkan, hendaknya apapun pengaruh dari luar jangan sampai menodai budaya yang telah melekat dalam diri kita masing-masing.
"Kita memang harus mengikuti perkembangan zaman, namun kita jangan sampai terpengaruh dan terjerumus kepada sikap yang bertentangan dengan budaya minangkabau," katanya.
Dia menjelaskan, budaya Minangkabau itu unik, dan secara global sudah dikenal secara luas karena di dalamnya terkandung nilai-nilai yang baik, seperti tata cara menghargai yang lebih tua, berpakaian yang baik, bertutur kata yang sopan, dan sebagainya.
Dia mengatakan, terkait fenomena tersebut pemerintah kabupaten (Pemkab) setempat selama dua tahun belakangan ini telah membentuk wadah "Musyawarah Tungku Tigo Sajarangan-Tali Tigo Sapilin (MTTS)" pada tiap nagari (desa adat) di daerah itu yang bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai budaya Minangkabau kepada masyarakat.
"Pada intinya MTTS tersebut merupakan wadah berkumpulnya semua elemen masyarakat di tingkat nagari, baik tokoh adat, ulama, pemuda, dan sebagainya, sehingga dengan hal itu seluruh persoalan di tingkat nagari bisa diselesaikan dengan musyawarah," katanya.
Dia mengaku yakin dengan adanya MTTS nilai budaya yang saat ini sudah mulai luntur akan bisa dihidupkan kembali, setidaknya dalam MTTS tersebut para pihak bisa saling memberikan masukan. (*/lif/wij)
"Fenomena hari ini, sudah banyaknya masyarakat yang tidak mengerti adat Justru itu pemuda sebagai penerus generasi mendatang hendaknya ikut andil dalam melestarikan budaya Minangkabau itu," katanya di Arosuka, Minggu (18/11.
Menurut dia, diantara faktor yang menyebabkan hal demikian adalah pengaruh globalisasi yang berkembang pesat saat ini.
"Kita sudah sama-sama menyaksikan kemajuan teknologi yang begitu pesat, belum lagi pengaruh budaya asing, sehingga secara tidak langsung telah mengubah pola fikir dan tingkah laku masyarakat," katanya.
Dia mengharapkan, hendaknya apapun pengaruh dari luar jangan sampai menodai budaya yang telah melekat dalam diri kita masing-masing.
"Kita memang harus mengikuti perkembangan zaman, namun kita jangan sampai terpengaruh dan terjerumus kepada sikap yang bertentangan dengan budaya minangkabau," katanya.
Dia menjelaskan, budaya Minangkabau itu unik, dan secara global sudah dikenal secara luas karena di dalamnya terkandung nilai-nilai yang baik, seperti tata cara menghargai yang lebih tua, berpakaian yang baik, bertutur kata yang sopan, dan sebagainya.
Dia mengatakan, terkait fenomena tersebut pemerintah kabupaten (Pemkab) setempat selama dua tahun belakangan ini telah membentuk wadah "Musyawarah Tungku Tigo Sajarangan-Tali Tigo Sapilin (MTTS)" pada tiap nagari (desa adat) di daerah itu yang bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai budaya Minangkabau kepada masyarakat.
"Pada intinya MTTS tersebut merupakan wadah berkumpulnya semua elemen masyarakat di tingkat nagari, baik tokoh adat, ulama, pemuda, dan sebagainya, sehingga dengan hal itu seluruh persoalan di tingkat nagari bisa diselesaikan dengan musyawarah," katanya.
Dia mengaku yakin dengan adanya MTTS nilai budaya yang saat ini sudah mulai luntur akan bisa dihidupkan kembali, setidaknya dalam MTTS tersebut para pihak bisa saling memberikan masukan. (*/lif/wij)
0 comments:
Post a Comment