BPM Selenggarakan Temu Teknologi dan Edukasi
TALANG, SOLOK, SO--Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Kabupaten Solok, bertempat di Ruang Pertemuan Kantor Camat Gunung Talang, menyelenggarakan Temu Teknologi dan Edukasi dalam bentuk Rapat Temu Informasi dan Edukasi Penerapan Teknologi Tepat Guna Bidang Pertanian, Senin.
Menurut Kepala Seksi Teknologi Tepat Guna (TTG) BPM Kabupaten Solok, Syefdinon, S.Sos, MM, acara tersebut menghadirkan lebih dari 50 orang peserta yang terdiri dari pelaku usaha bidang pertanian dan pengurus Posyantek (Pos Pelayanan Teknologi) yang ada pada 3 kecamatan di Kabupaten Solok yakni Kecamatan Gunung Talang, Kecamatan Lembah Gumanti dan Kecamatan X Koto Singkarak.
Tidak itu saja, acara ini juga akan digilir pada tiga kecamatan yang memiliki Posyantek, dengan thema yang sama, namun dengan presentasi dan demo alat teknologi tepat guna yang berbeda-beda, sesuai dengan prospek masing-masing daerah.
Dijelaskannya, teknologi tepat guna merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat. Teknologi tersebut harus berpotensi dan memenuhi kriteria antara lain, mengkonversi sumber daya alam, menyerap tenaga kerja, memacu industri rumah tangga, dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Teknologi tepat guna merupakan teknologi yang dirancang bagi suatu masyarakat tertentu agar dapat disesuaikan dengan aspek-aspek lingkungan, keetisan, kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.
Tujuan yang dikehendaki adalah menerapkan metode pemanfaatan sumber daya lokal, menghemat sumber daya alam, dan berdampak polutif minimalis dibandingkan dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya beremisi banyak limbah dan mencemari lingkungan.
Di Kabupaten Solok sendiri jelas Syefdinon, pemanfaatan teknologi tepat guna sudah seharusnya dilakukan mengingat Kabupaten Solok adalah daerah yang kaya dengan sumber daya lokal seperti komoditas sayur-sayuran, umbi-umbian, dan buah-buahan. Sehingga langkah kedepan yang harus dilakukan adalah memanfaatkan komoditas tersebut sebagai sumber bahan baku pangan pengganti beras, jika terjadi kerawanan pangan seperti beras.
Pada kegiatan tersebut, BPM mendatangkan para ahli Alsintan (alat dan mesin pertanian) dari BPTP Sumbar sebagai pemateri dan pencipta teknologi tepat guna tersebut, dengan mendatangkan Ir. Harnel, MS dengan makalah yang berjudul “Penanganan Pasca Panen padi Dengan Tresher Lipat Untuk Meningkatkan Produksi dan Menekan Kehilangan Hasil”.
Menurut Harnel, berdasarkan hasil observasi di lapangan menunjukkan, masih banyak petani mengalami kesulitan dalam penanganan pasca panen padi terutama pada saat pemanenan dan perontokan. Padahal, keterlambatan dalam perontokan padi dapat menurunkan mutu dan meningkatkan kehilangan hasil panen.
Hal tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan petani menerapkan inovasi teknologi baru dan mengubah kebiasaan yang sudah berkembang di masyarakat.
Masalah-masalah penanganan pasca panen padi yang sering terjadi di Sumatera Barat termasuk Kabupaten Solok adalah, keterbatasan pengetahuan dan keterbatasan peralatan pasca panen di tingkat petani, mengakibatkan meningkatnya kehilangan hasil dan menurunkan mutu gabah yang dihasilkan saat panen.
“Kualitas beras yang rendah tidak saja merugikan petani, tetapi juga akan mengganggu persediaan pangan nasional. Kerugian bagi petani berkaitan dengan harga jual hasil panennya tidak sesuai dengan harga dasar, sedangkan bagi kepentingan nasional berasnya tidak dapat disimpan lama”, kata Harnel.
Untuk itulah kemudian, ia bersama beberapa orang teknisi di BPTP Sumbar menciptakan tresher lipat. Disamping dapat mengurangi kehilangan hasil dengan tingkat kebersihan sebesar 95-96 persen. Alat yang hanya memiliki berat total 35 kg ini, untuk pengoperasian hanya butuh satu orang tenaga operator, sehingga bisa dioperasikan pada areal persawahan yang memiliki kemiringan, seperti di Kawasan Arosuka (Gunung Talang).
Acara itu pun dilanjutkan dengan demonstrasi pengoperasionalan alat, pada sebuah sawah milik peserta di Jorong Aro Nagari Talang, oleh para teknisi dari BPTP Sumbar, mulai dari cara pemasangan sampai cara merontokkan gabah (padi).
Menurut Kepala Seksi Teknologi Tepat Guna (TTG) BPM Kabupaten Solok, Syefdinon, S.Sos, MM, acara tersebut menghadirkan lebih dari 50 orang peserta yang terdiri dari pelaku usaha bidang pertanian dan pengurus Posyantek (Pos Pelayanan Teknologi) yang ada pada 3 kecamatan di Kabupaten Solok yakni Kecamatan Gunung Talang, Kecamatan Lembah Gumanti dan Kecamatan X Koto Singkarak.
Tidak itu saja, acara ini juga akan digilir pada tiga kecamatan yang memiliki Posyantek, dengan thema yang sama, namun dengan presentasi dan demo alat teknologi tepat guna yang berbeda-beda, sesuai dengan prospek masing-masing daerah.
Dijelaskannya, teknologi tepat guna merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat. Teknologi tersebut harus berpotensi dan memenuhi kriteria antara lain, mengkonversi sumber daya alam, menyerap tenaga kerja, memacu industri rumah tangga, dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Teknologi tepat guna merupakan teknologi yang dirancang bagi suatu masyarakat tertentu agar dapat disesuaikan dengan aspek-aspek lingkungan, keetisan, kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.
Tujuan yang dikehendaki adalah menerapkan metode pemanfaatan sumber daya lokal, menghemat sumber daya alam, dan berdampak polutif minimalis dibandingkan dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya beremisi banyak limbah dan mencemari lingkungan.
Di Kabupaten Solok sendiri jelas Syefdinon, pemanfaatan teknologi tepat guna sudah seharusnya dilakukan mengingat Kabupaten Solok adalah daerah yang kaya dengan sumber daya lokal seperti komoditas sayur-sayuran, umbi-umbian, dan buah-buahan. Sehingga langkah kedepan yang harus dilakukan adalah memanfaatkan komoditas tersebut sebagai sumber bahan baku pangan pengganti beras, jika terjadi kerawanan pangan seperti beras.
Pada kegiatan tersebut, BPM mendatangkan para ahli Alsintan (alat dan mesin pertanian) dari BPTP Sumbar sebagai pemateri dan pencipta teknologi tepat guna tersebut, dengan mendatangkan Ir. Harnel, MS dengan makalah yang berjudul “Penanganan Pasca Panen padi Dengan Tresher Lipat Untuk Meningkatkan Produksi dan Menekan Kehilangan Hasil”.
Menurut Harnel, berdasarkan hasil observasi di lapangan menunjukkan, masih banyak petani mengalami kesulitan dalam penanganan pasca panen padi terutama pada saat pemanenan dan perontokan. Padahal, keterlambatan dalam perontokan padi dapat menurunkan mutu dan meningkatkan kehilangan hasil panen.
Hal tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan petani menerapkan inovasi teknologi baru dan mengubah kebiasaan yang sudah berkembang di masyarakat.
Masalah-masalah penanganan pasca panen padi yang sering terjadi di Sumatera Barat termasuk Kabupaten Solok adalah, keterbatasan pengetahuan dan keterbatasan peralatan pasca panen di tingkat petani, mengakibatkan meningkatnya kehilangan hasil dan menurunkan mutu gabah yang dihasilkan saat panen.
“Kualitas beras yang rendah tidak saja merugikan petani, tetapi juga akan mengganggu persediaan pangan nasional. Kerugian bagi petani berkaitan dengan harga jual hasil panennya tidak sesuai dengan harga dasar, sedangkan bagi kepentingan nasional berasnya tidak dapat disimpan lama”, kata Harnel.
Untuk itulah kemudian, ia bersama beberapa orang teknisi di BPTP Sumbar menciptakan tresher lipat. Disamping dapat mengurangi kehilangan hasil dengan tingkat kebersihan sebesar 95-96 persen. Alat yang hanya memiliki berat total 35 kg ini, untuk pengoperasian hanya butuh satu orang tenaga operator, sehingga bisa dioperasikan pada areal persawahan yang memiliki kemiringan, seperti di Kawasan Arosuka (Gunung Talang).
Acara itu pun dilanjutkan dengan demonstrasi pengoperasionalan alat, pada sebuah sawah milik peserta di Jorong Aro Nagari Talang, oleh para teknisi dari BPTP Sumbar, mulai dari cara pemasangan sampai cara merontokkan gabah (padi).
0 comments:
Post a Comment