Singkarak Potensial jadi Tujuan Wisata Nomor 1 di Sumbar
PANINGGAHAN, SOLOK, SO--Keindahan danau serta alam disekitar Danau Singkarak, akan menjadikan Kawasan Danau Singkarak berpotensi untuk menjadi daerah tujuan wisata nomor satu di Sumatera Barat. Hal itu akan semakin diperkuat dengan hijaunya Kawasan Singkarak melalui gerakan Singkarak Go Green.
Alam disekitar Danau Singkarak yang indah dan menawan, serta ditunjang dengan kuliner yang enak seperti rendang dan kripik, menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Keberadaan area akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar, tentunya dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Pendapat tersebut dimekukakan Menteri Kehutanan Republik Indonesia H. Zulhendri Hasan, SE, MM, dalam sambutannya saat menghadiri Singkarak Go Green di Nagari Paninggahan Kecamatan Junjuang Siriah Kabupaten Solok, yang juga merupakan bagian dari Hari Menanam Indonesia.
“Singkarak Go Green yang merupakan sebuah gerakan yang bertujuan untuk menghijaukan kawasan disekitar Danau Singkarak. Gerakan ini merupakan salah satu kegiatan di Sumatera Barat guna menyatukan gerakan dengan Gerakan Penanaman 1 milyar pohon yang digalakkan pemerintah saat ini”, jelas Zulkifli Hasan.
Gerakan menanam didasari akan kondisi Indonesia yang merupakan salah satu negara rawan bencana di dunia. Jika dirangking lagi kebawah, maka Sumatera merupakan daerah yang rawan bencana. Jika musim hujan tiba, maka daerah-daerah di Sumatera cendrung dilanda banjir dan tanah longsor.
Ditambahkannya, Hari Menanam Indonesia akan dicanangkan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada tanggal 28 November mendatang. Kemudian akan dilanjutkan dengan Bulan Menanam Indonesia yang akan dipimpin langsung oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono.
Karena kesungguhannya untuk melakukan penghijauan di Sumatera Barat, maka Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, menurut Menhut, akan memperoleh penghargaan dari Pemerintah RI yang akan diserahkan langsung oleh Presiden SBY, pada puncak Hari Menanam Indonesia, mendatang.
Dijelaskan Menhut, saat ini Indonesia sudah melewati masa-masa kritis mengenai lingkungan, dimana sebanyak 320.000 hektar lahan di Indonesia sudah divertasi. Namun ia berharap agar kecintaan masyarakat Indonesia terhadap lingkungan dapat menjadi budaya, sehingga 25 tahun mendatang, Indonesia sudah menghijau.
“Gerakan penghijauan di Indonesia, juga melibatkan Murid Taman Kanak-Kanak melalui gerakan “Kecil Menanam, Besar Memanen”. Untuk itu saya harapkan kepada para penerima penghargaan dibidang lingkungan hidup, untuk dapat menjadi pionir di daerahnya masing-masing”, ulasnya sehabis menyerahkan penghargaan kepada beberapa kalangan di Sumatera Barat yang telah ikut menyukseskan dan dianggap berprestasi pada kegiatan Hari Menanam Indonesia.
Ia mengakui, bahwa menanam sangat berkaitan dengan musim. Jika dilakukan pada musim kemarau, tentunya butuh intensitas pemeliharan yang tinggi. Demikian juga halnya jika tanaman yang ditanam tidak tumbuh, maka butuh penyulaman pada lubang tanaman yang tidak tumbuh tersebut.
Kegiatan penanaman dan pemeliharaan itu bisanya menurut Menhut, berlangsung selama enam bulan. Jika sudah melewati tenggang waktu itu, maka tanaman sudah melewati masa-masa kritisnya. Karena diakui bahwa tidak semua tanaman dapat hidup dengan survive setelah ditanam, makanya kegiatan penanaman harus dibarengi dengan pemeliharaan.
Secara nasional, daya menanam di Jawa saat ini luar biasa tinggi, demikian juga di Sumatera. Kawasan hutan di sumatera sudah mulai menipis dengan adanya pertumbuhan penduduk serta perkembangan usaha di sektor ekonomi. Sedangkan di Kalimantan, saat ini sudah dimulai dengan cara pembibitan dan penanaman.,
“Saat ini hutan kita yang tersisa sekitar 64 juta hektar, tapi masa-masa kritis sudah kita lewati, sekarang sedang dalam masa-masa pemulihan. Tugas kita adalah, yang sudah tidak berhutan, ditanami lagi. Jangan biarkan tanah kosong. Dimana saja ada lahan, kita tanam” pungkasnya saat diwawancarai usai melakukan penanaman di lokasi Singkarak Go Green.
Dilaporkan : VMB
Alam disekitar Danau Singkarak yang indah dan menawan, serta ditunjang dengan kuliner yang enak seperti rendang dan kripik, menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Keberadaan area akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar, tentunya dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Pendapat tersebut dimekukakan Menteri Kehutanan Republik Indonesia H. Zulhendri Hasan, SE, MM, dalam sambutannya saat menghadiri Singkarak Go Green di Nagari Paninggahan Kecamatan Junjuang Siriah Kabupaten Solok, yang juga merupakan bagian dari Hari Menanam Indonesia.
“Singkarak Go Green yang merupakan sebuah gerakan yang bertujuan untuk menghijaukan kawasan disekitar Danau Singkarak. Gerakan ini merupakan salah satu kegiatan di Sumatera Barat guna menyatukan gerakan dengan Gerakan Penanaman 1 milyar pohon yang digalakkan pemerintah saat ini”, jelas Zulkifli Hasan.
Gerakan menanam didasari akan kondisi Indonesia yang merupakan salah satu negara rawan bencana di dunia. Jika dirangking lagi kebawah, maka Sumatera merupakan daerah yang rawan bencana. Jika musim hujan tiba, maka daerah-daerah di Sumatera cendrung dilanda banjir dan tanah longsor.
Ditambahkannya, Hari Menanam Indonesia akan dicanangkan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada tanggal 28 November mendatang. Kemudian akan dilanjutkan dengan Bulan Menanam Indonesia yang akan dipimpin langsung oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono.
Karena kesungguhannya untuk melakukan penghijauan di Sumatera Barat, maka Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, menurut Menhut, akan memperoleh penghargaan dari Pemerintah RI yang akan diserahkan langsung oleh Presiden SBY, pada puncak Hari Menanam Indonesia, mendatang.
Dijelaskan Menhut, saat ini Indonesia sudah melewati masa-masa kritis mengenai lingkungan, dimana sebanyak 320.000 hektar lahan di Indonesia sudah divertasi. Namun ia berharap agar kecintaan masyarakat Indonesia terhadap lingkungan dapat menjadi budaya, sehingga 25 tahun mendatang, Indonesia sudah menghijau.
“Gerakan penghijauan di Indonesia, juga melibatkan Murid Taman Kanak-Kanak melalui gerakan “Kecil Menanam, Besar Memanen”. Untuk itu saya harapkan kepada para penerima penghargaan dibidang lingkungan hidup, untuk dapat menjadi pionir di daerahnya masing-masing”, ulasnya sehabis menyerahkan penghargaan kepada beberapa kalangan di Sumatera Barat yang telah ikut menyukseskan dan dianggap berprestasi pada kegiatan Hari Menanam Indonesia.
Ia mengakui, bahwa menanam sangat berkaitan dengan musim. Jika dilakukan pada musim kemarau, tentunya butuh intensitas pemeliharan yang tinggi. Demikian juga halnya jika tanaman yang ditanam tidak tumbuh, maka butuh penyulaman pada lubang tanaman yang tidak tumbuh tersebut.
Kegiatan penanaman dan pemeliharaan itu bisanya menurut Menhut, berlangsung selama enam bulan. Jika sudah melewati tenggang waktu itu, maka tanaman sudah melewati masa-masa kritisnya. Karena diakui bahwa tidak semua tanaman dapat hidup dengan survive setelah ditanam, makanya kegiatan penanaman harus dibarengi dengan pemeliharaan.
Secara nasional, daya menanam di Jawa saat ini luar biasa tinggi, demikian juga di Sumatera. Kawasan hutan di sumatera sudah mulai menipis dengan adanya pertumbuhan penduduk serta perkembangan usaha di sektor ekonomi. Sedangkan di Kalimantan, saat ini sudah dimulai dengan cara pembibitan dan penanaman.,
“Saat ini hutan kita yang tersisa sekitar 64 juta hektar, tapi masa-masa kritis sudah kita lewati, sekarang sedang dalam masa-masa pemulihan. Tugas kita adalah, yang sudah tidak berhutan, ditanami lagi. Jangan biarkan tanah kosong. Dimana saja ada lahan, kita tanam” pungkasnya saat diwawancarai usai melakukan penanaman di lokasi Singkarak Go Green.
Dilaporkan : VMB
0 comments:
Post a Comment